PROJECT : UP
Kita tidak akan pernah tahu,
Apakah niat baik dapat
ditempuh dengan jalan yang mudah.
Jalan yang aku lalui selalu
penuh duri.
Tapia da satu yang pasti,
Niat baik akan menghasilkan
sesuatu yang baik.
----------
Ini adalah bagian terburuk. Pembagian
rapot dan hasil yang yang tidak memuaskan. Nilai rata-rataku naik tapi
rangkingku terus turun. 25 dai 40 siswa, tidak heran aku mendapat posisi itu.
Semua orang di kelasku adalah seorang ahli di bidangnya. Lihat saja mereka
sekarang ini. Mereka bergerumbul, membanding-bandingkan nilai mereka. Aku tidak
akan berani memasuki gerumbulan itu, sudah pasti aku ini orang yang tidak
sebanding dengan mereka.
Setibanya di rumah, aku terus
berpikir. Aku harus melakukan sesuatu, tapi apa ?. “Aku rasa aku harus
memikirkan terlebih dahulu untuk mengatasi masalah internalku. Ketakutan,
gampang gugup, tidak bersemangat, dan juga mudah terjatuh. Huft….itu pasti akan
susah sekali” kataku mencoba menghibur diri. Akhirnya aku punya ide, aku
membutuhkan target. Target itu aku buat semacam project. Project ini sederhana,
namanya PROJECT : UP. Targetnya adalah menaikkan nilai rata-rata dan juga memperbaiki
rangking.
Kutempel daftar nama dan rangking
siswadi kamarku, tepat didepan meja belajarku. Kutandai posisi mana yang aku
inginkan dan posisiku sekarang. Aku menambahkan tanda panah keatas yang besar
dan tinggi. Berharap posisiku juga akan tinggi seperti itu. Aku benar-benar
bertekad, prject ini harus berhasil. “Fighting!!” kataku bersemangat.
Awal semester keduaku berjalan
mulus. Saat semester satu, aku sudah cukup mengamati bagaimana cara menghadapi
guru dan cukup mengetahui bagaimana karakter semua teman sekelasku. Aku mulai
bisa menyesuaikan diri dengan para ahli itu. Aku rasa nilaiku sudah mulai
menunjukkan peningkatan. Namun saat bulan ketiga, mulai ada event perang madding
antar kelas. Akupun ikut ambil bagian. Bagaimana ini ?, pelajaranku terganggu.
Tapi sisi baiknya, aku lebih akrab dengan para ahli itu. Mereka bukanlah para
ahli yang egois, mereka orang yang sangat baik diluar pelajaran.
Semua mulai berjalan lancer kembali.
Di akhir bulan keempat, masalah datang kembali. Aku ditunjuk sebagai sekretaris
kegiatan.”Ha……apa yang baru saja kau katakana ?, kenapa harus aku ?” aku
terkejut. “Tidak apa-apa. Kamu pasti bisa melakukannya” jawab teman
se-ekstraku. Sebenarnya tidak masalah, tai itu berarti satu hal. Korbankan
ekstramu atau pelajaranmu. Aku harus bisa memilih untuk ikut rapat atau ikut
bimbingan belajar. Ini semua melelahkan.
Belum juga masalah ekstra selesai, event
milad sekolah akan segera berlangsung. Aku diminta menyumbangkan konsep untuk
stan bazar. Dan juga ini adalah akhir semester, aka ada drama bahasa inggris. “Aku
harus memikirkan proposal, membuat konsep, mengerjakan PR, dan sebentar lagi
drama bahasa inggris……, kenapa aku sangat menderita ?” curhat pada seorang
temanku yang lain. “Sabar ya….., aku tau bagaimana rasanya, pasti sangat
melelahkan.” jawabnya. Dia benar-benar teman yang baik. Untuk saat ini aku bisa
tenang.
Hal yang tidak terdugapun terjadi.
Saat aku sedang mencari tanda tangan untuk proposal. Tiba-tiba ada guru yang datang,
beliau menanyakan alamat teman sekelasku. Beliau mengatakan ada yang meninggal,
aku kira mungkin Ayahnya. Pada saat itu juga, wali kelasku berlari mencoba
menelpon seseorang dengan mata yang sembab karena menangis. Aku tersadar, guru itu
mengatakan temanku bukan Ayahnya. Dramatis, aku juga berlari mengikuti wali
kelasku. Di kelas, semuanya menangis. Mereka semua tidak percaya. Apa ini mimpi
?. Badanku terasa lemas sekali. Semuanya larut dalam kesedihan.
Milad sekolah tiba. Semua anak di
kelasku, XI-IPA6, membangun stan bazar kami apa adanya. Kita semua bersedih. Hari
ini, hujan deraspun turun. Seakan-akan langit ikut bersedih bersama kita semua.
Awalnya penampilan band dari kelasku tidak akan terlaksana tapi mereka tetap
tampil. Bukan mereka tapi kita semua ikut naik keatas panggung dengan diringi
hujan yang masih turun dengan derasnya. Semua orang melihat kami, melihat
persembahan kepada teman kami yang sudah tiada. Mengharukan sekali. Ternyata
begini rasanya kehilangan seorang teman.
Setelah itu kami semua turun dengan
mata yang masih menangis. Lagu terakhir itu terasa seperti menusuk-nusuk dan
sakit sekali. Selanjutnya adalah pembacaan pemenang lomba. Kelas kami
memenangkan beberapa lomba dan yang paling mengejutkan adalah….. . Pemenang pertama
stan bazar adalah kelas kami. Ha, apa ini masuk akal ?, dengan stan yang
dibangun biasa-biasa saja ini ?. Kami semua tersenyum. Itu benar, kami
tersenyum setelah menangis tersedu-sedu.
Kami semua keluar stan bersama-sama
menyambut kemenangan ditengah hujan deras dan ditengah suka-duka. Tak lama band
reggaepun mulai menyanyikan lagunya. Tanpa pikir panjang, kami semua
berputar-putar, meloncat-loncat, tertawa lepas. Seakan tak peduli hujan deras
mengguyur tubuh mereka. “Dasar labil !” kataku pada semuanya. Aku harap tidak
ada yang mendengarku. Tidak hanya kami, semua anak kelas lain juga ikut dengan
kami semua bersenang-senang.
Setelah acara milad, tak ada waktu
istirahat. Besoknya kegiatan ekstraku dilaksanakan. Walaupun kami pergi ke
daerah dekat gunung, tapi tubuhku rasanya sudah lelah sekali. Satu persatu
masalah terselesaikan. Aku harus mulai dari awal lagi untuk belajar. Akhir
bulan kelima ini, aku menjalaninya dengan susah payah. Berat sekali.
Nilai-nilaiku banyak yang jelek. Aku hamper putus asa. Kalau saja semua masalah
itu tidak datang padaku, aku pasti tidak akan seperti ini.
Harapan terakhirku adalah
sungguh-sungguh dalam ujian akhir semester dua. Aku tidak yakin nilai-nilai
tugasku, tapi aku akan berjuang keras saat ujian akhir semester. Aku sempat
berpikir buruk kalau aku ini sok-sokan membuat project. Sudah tau kalau tidak
akan berhasil tapi masih saja ngotot. Aku ini benar-benar payah. Pada akhirnya
semua akan sia-sia. Tapi semua pikiran itu aku buang jauh-jauh dan mulai fokus.
Pembagian rapot semester dua
dilaksanakan di saat liburan sekolah. Sebenarnya hari ini aku harus masuk
sekolah. Tapi aku terlalu takut melihat sendiri hasilnya. Aku hanya dirumah
menunggu Ibuku pulang membawa rapotku. Tak lama kemudian terdengar suara pintu
terbuka, aku langsung pergi ke sumber suara. “Kamu ini bagaimana sih, hampir semua
temanmu datang tadi. Tapi kenapa kamu malah enak-enakan di rumah ?” omel Ibuku.
“Lagi pula pasti tidak ada pelajaran. Bagaimana hasilnya ?” jawabku. “17,
rangkingmu naik. Selamat ya, belajar lagi ya !.” kata Ibuku.
Rasanya seperti berhenti bernafas.
Usahaku tidak sia-sia !!. Siapa sangka aku dapat dapat melampaui diriku
sendiri. Aku mendapat lebih dari yang aku inginkan. Nilai rata-rataku juga naik.
Benar-benar keajaiban. Sekarang aku harus membuat project lagi, project yang
lebih besar lagi. Pasti, pasti berhasil. Welcome to the next grade. (zii)
----------