Home
Archive for
May 2016
“Bukan melupakan
yang jadi masalahnya, tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka dia
akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika ia tidak bisa nemerima, dia tidak
akan pernah bisa melupakan.” –Hujan, Tere Liye
Baru saja Guru BK masuk ke kelas
XII-IPA7. Beliau memberitahu tentang jalur PMDK untuk vokasi di sebuah
universitas. Kalau dipikir-pikir, itu jalur yang mungkin mudah dilalui. Tapi
bukankah lebih membanggakan jika bisa lolos jalur SNMPTN atau SBMPTN ?.
Tiba-tiba seorang teman datang membuyarkan lamunanku. “ Hei, gak mau ikut ?”
tanyanya. “Gratis gak ?” jawabku. “Gak tau, tapi aku tertarik banget sama
univ-nya” katanya. “Bentar pikir-pikir dulu” jawabku. “Buruan terakhir hari
ini” katanya. “Hah ?” kagetku.
Aku berpikir keras, SNMPTN
kelihatannya gak lolos, ikut SBMPTN takut sulit. Akhirnya kuputuskan untuk
ikut. Istirahat pertama, aku dan temanku beranjak ke ruang BK. Ternyata jalur
ini gak gratis, bayar 200.000. Dapat uang darimana ?. Stelah sampai di kelas,
temanku memutuskan untuk tidak ikut. Kenapa ?, dia takut diterima dan tidak
akan diambilnya. Karena dia juga mengambil jurusan kedokteran di univ tersebut.
Tapi dengan pertimbangan yang cukup besar, akhirnya aku maju sendiri.
3 hari kemudian aku mulai mengisi
data-data untuk PMDK, itu sekitar awal april 2016. Setelah itu waktuku aku
fokuskan untuk UN. Setelah UN, mulailah aku melengkapi semua datanya dan
mengirim semua lewat pos. Yang menyakitkan lagi, dari seluruh anak di
sekolahku, hanya aku saja yang mengirim lewat sekolah. Anak kelas lain memilih
mengirimnya sendiri. Jadi hari itu aku kebingungan mengurus semuanya sendiri.
Setelah pengiriman data, waktuku
hanya kuhabiskan dengan belajar untuk SBMPTN. Entah apa yang menggangguku, aku
tak konsen belajar. Isi kepalaku hanya takut, nantinya siapa temanku dari
sekolah untuk kesana. Univ-nya berada di Solo. Jurusan yang aku ambil tidaklah
berat, yaitu Desain Komunikasi Visual. Daya tampungnya lumayan dan saingannya
pun tidak berat. Aku berpikir dua kali, nantinya apa yang kupelajari akan
sangat berbeda, karena itu jurusan ilmu social bukan alam.
Sebenarnya aku ingin melanjutkan
studi di bidang IPA, tapi aku takut aku tidak akan bisa menghasilkan apapun
disana. Untuk masuk di jurusannya saja itu tidak akan mudah, mengingat
nilai-nilaiku yang sangat pas-pasan. Jika aku diterima di DKV tersebut, akankah
aku ambil ?. Aku mulai tidak bersemangat lagi, bagaimana ini ?. Aku curhat
kepada teman- temanku. “Sudahlah, kalau itu jalanmu jalani saja” hibur temanku.
Tanggal 2 Mei 2016, saatnya
pengumuman jalur PMDK. Dari jam 6 pagi aku sudah membuka laptop. Belum ada
apa-apa di website-nya. Jam 7, jam 8, jam 9, aku mulai kesal. Aku
memutuskan untuk membantu Ibuku mamasak saja, itu lebih baik daripada melihat
layar laptop yang penuh dengan radiasi. Jam 11 lebih 10 menit, akhirnya
pengumumannya dapat dibuka. Kumasukkan nomer pendaftaranku perlahan. Dengan
santai aku meng-klik button bertuliskan cari. Warna biru, diterima di
prodi D3 Desain Komunikasi Visual. Kuberitahu ibuku. Alhamdulillah, dengan
nilai rapot yang seperti itu, aku bisa diterima di jalur undangan versi D3 itu.
Segera saja aku melihat apa
persyaratan selanjutnya. Tetapi agak kecewa juga, aku diharuskan hadir di
univ-nya tanggal 31 Mei, bertepatan dengan pelaksanaan ujian SBMPTN. Mau tidak
mau aku harus mengambil jurusan D3 DKV itu. Berat….., berat sekali rasanya
meninggalkan dunia IPA yang sudah kujalani selama 3 tahun ini. Ya Allah inikah
jalan untukku ?.
Sebelum daftar ulang aku kebingungan
bagaimana jalur PMDK ini terhubung ke bidikmisi. Walaupun uang daftar ulang
yang aku bayarkan sesuai ukt di kelompok 2, aku masih butuh bidikmisi. Fail…..
dijalur tersebut tidak ada bidik misi. Bidikmisi hanya bisa diajukan saat sudah
menjadi mahasiswa. Kenapa jalan yang ambil sulit sekali Ya Allah. Setiap hari,
di kala sepertiga malam tidak jarang aku selalu meminta petunjuk kepada Allah.
Apa yang seharusnya aku lakukan, jurusan DKV bukanlah jurusan yang membutuhkan
sedikit uang.
Beberapa hari kemudian, aku pergi ke
sekolah mengambil legalisir. Disana aku tau kalau 9 teman sekelasku lolos jalur
SNMPTN, ada yang di ITB, IPB, UNAIR, dan univ lainnya. Rasanya kenapa sakit
sekali, terlebih satu sekolah tidak ada yang lolos SNM di ITS dan aku mengambil
jurusan di ITS juga saat SNMPTN. Tapi hari itu aku juga mendapat kabar baik.
Untuk anak kabupaten sepertiku ada beasiswa khusus. Tapi hanya satu kali dapat,
itupun bisa 5-7 juta. Lumayan untuk biaya awal kuliah pengganti bidikmisi.
Saat berpas-pasan dengan guru,
mereka selalu bertanya. “Kamu diterima dimana ?” tanya Guruku. Temanku yang
lolos SNM dengan santainya menjawab ITB, IPB, UNAIR dengan jurusan yang
bagus-bagus. Sedangkan aku, “Saya di terima di UNS Solo, tapi itu vokasi.
Jurusanya DKV.” “Tidak apa-apa dong, yang penting dijalani saja. Siapa tau
nanti kamulah yang paling berhasil” jawab Guruku. Setiap guru mengatakan itu
tidak apa-apa dan aku juga mendapat banyak nasihat dari mereka. Rasanya senang
sekali, bisa mendapat sekolah saat semua teman masih harus tes SBMPTN.
29 Mei 2016,
Hidupku rasanya sudah tenang
kembali, walupun tak lolos SNMPTN, tak dapat Bidikmisi, melepaskan dunia ilmu
alam. Tapi aku pastikan aku akan dapat bidikmisi suatu hari nanti, mendapatkan
gelar sarjana setelah diploma, dan melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya.
Amiiiinnn……. . Hari ini aku menata seluruh berkas-berkas yang aku butuhkan
untuk kubawa ke solo.
“Nak, Ibu bawakan marsmallow”
kata Ibuku. “Darimana ?” tanyaku. “Tetangga, katanya ucapan selamat” jawab
Ibuku. Aku hanya tersenyum. “Tidak apa-apa nak, bagi orang tuamu ini. Diterima
di universitas negeri itu sudah cukup, apalagi universitas ternama di Solo itu.
Diploma juga bisa jadi sarjana. Kamu jalanin aja dengan sungguh-sungguh.
Sekarang tinggal menunggu beasiswa dari kabupatennya” nasihat Ibu.
Kumakan marsmallow
yang lembut itu. Manis sekali…… . Siapa yang tau apa yang kulalui sebelum
memakan marsmallow ini, aku sudah menelan banyak sekali kapahitan yang
aku rasakan. Banyak sekali yang aku lalui untuk bisa bertahan di jalan ini. Sekarang
aku harus belajar menerima dan menghapus semua kepahitan-kepahitan itu, jika
tidak, aku akan kehilangan semangat untuk belajar lagi. (zii)
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)