Behind The Sweetness of Marsmallow



Bukan melupakan yang jadi masalahnya, tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika ia tidak bisa nemerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.” –Hujan, Tere Liye

            Baru saja Guru BK masuk ke kelas XII-IPA7. Beliau memberitahu tentang jalur PMDK untuk vokasi di sebuah universitas. Kalau dipikir-pikir, itu jalur yang mungkin mudah dilalui. Tapi bukankah lebih membanggakan jika bisa lolos jalur SNMPTN atau SBMPTN ?. Tiba-tiba seorang teman datang membuyarkan lamunanku. “ Hei, gak mau ikut ?” tanyanya. “Gratis gak ?” jawabku. “Gak tau, tapi aku tertarik banget sama univ-nya” katanya. “Bentar pikir-pikir dulu” jawabku. “Buruan terakhir hari ini” katanya. “Hah ?” kagetku.
            Aku berpikir keras, SNMPTN kelihatannya gak lolos, ikut SBMPTN takut sulit. Akhirnya kuputuskan untuk ikut. Istirahat pertama, aku dan temanku beranjak ke ruang BK. Ternyata jalur ini gak gratis, bayar 200.000. Dapat uang darimana ?. Stelah sampai di kelas, temanku memutuskan untuk tidak ikut. Kenapa ?, dia takut diterima dan tidak akan diambilnya. Karena dia juga mengambil jurusan kedokteran di univ tersebut. Tapi dengan pertimbangan yang cukup besar, akhirnya aku maju sendiri.
            3 hari kemudian aku mulai mengisi data-data untuk PMDK, itu sekitar awal april 2016. Setelah itu waktuku aku fokuskan untuk UN. Setelah UN, mulailah aku melengkapi semua datanya dan mengirim semua lewat pos. Yang menyakitkan lagi, dari seluruh anak di sekolahku, hanya aku saja yang mengirim lewat sekolah. Anak kelas lain memilih mengirimnya sendiri. Jadi hari itu aku kebingungan mengurus semuanya sendiri.
            Setelah pengiriman data, waktuku hanya kuhabiskan dengan belajar untuk SBMPTN. Entah apa yang menggangguku, aku tak konsen belajar. Isi kepalaku hanya takut, nantinya siapa temanku dari sekolah untuk kesana. Univ-nya berada di Solo. Jurusan yang aku ambil tidaklah berat, yaitu Desain Komunikasi Visual. Daya tampungnya lumayan dan saingannya pun tidak berat. Aku berpikir dua kali, nantinya apa yang kupelajari akan sangat berbeda, karena itu jurusan ilmu social bukan alam.
            Sebenarnya aku ingin melanjutkan studi di bidang IPA, tapi aku takut aku tidak akan bisa menghasilkan apapun disana. Untuk masuk di jurusannya saja itu tidak akan mudah, mengingat nilai-nilaiku yang sangat pas-pasan. Jika aku diterima di DKV tersebut, akankah aku ambil ?. Aku mulai tidak bersemangat lagi, bagaimana ini ?. Aku curhat kepada teman- temanku. “Sudahlah, kalau itu jalanmu jalani saja” hibur temanku.
            Tanggal 2 Mei 2016, saatnya pengumuman jalur PMDK. Dari jam 6 pagi aku sudah membuka laptop. Belum ada apa-apa di website-nya. Jam 7, jam 8, jam 9, aku mulai kesal. Aku memutuskan untuk membantu Ibuku mamasak saja, itu lebih baik daripada melihat layar laptop yang penuh dengan radiasi. Jam 11 lebih 10 menit, akhirnya pengumumannya dapat dibuka. Kumasukkan nomer pendaftaranku perlahan. Dengan santai aku meng-klik button bertuliskan cari. Warna biru, diterima di prodi D3 Desain Komunikasi Visual. Kuberitahu ibuku. Alhamdulillah, dengan nilai rapot yang seperti itu, aku bisa diterima di jalur undangan versi D3 itu.
            Segera saja aku melihat apa persyaratan selanjutnya. Tetapi agak kecewa juga, aku diharuskan hadir di univ-nya tanggal 31 Mei, bertepatan dengan pelaksanaan ujian SBMPTN. Mau tidak mau aku harus mengambil jurusan D3 DKV itu. Berat….., berat sekali rasanya meninggalkan dunia IPA yang sudah kujalani selama 3 tahun ini. Ya Allah inikah jalan untukku ?.
            Sebelum daftar ulang aku kebingungan bagaimana jalur PMDK ini terhubung ke bidikmisi. Walaupun uang daftar ulang yang aku bayarkan sesuai ukt di kelompok 2, aku masih butuh bidikmisi. Fail….. dijalur tersebut tidak ada bidik misi. Bidikmisi hanya bisa diajukan saat sudah menjadi mahasiswa. Kenapa jalan yang ambil sulit sekali Ya Allah. Setiap hari, di kala sepertiga malam tidak jarang aku selalu meminta petunjuk kepada Allah. Apa yang seharusnya aku lakukan, jurusan DKV bukanlah jurusan yang membutuhkan sedikit uang.
            Beberapa hari kemudian, aku pergi ke sekolah mengambil legalisir. Disana aku tau kalau 9 teman sekelasku lolos jalur SNMPTN, ada yang di ITB, IPB, UNAIR, dan univ lainnya. Rasanya kenapa sakit sekali, terlebih satu sekolah tidak ada yang lolos SNM di ITS dan aku mengambil jurusan di ITS juga saat SNMPTN. Tapi hari itu aku juga mendapat kabar baik. Untuk anak kabupaten sepertiku ada beasiswa khusus. Tapi hanya satu kali dapat, itupun bisa 5-7 juta. Lumayan untuk biaya awal kuliah pengganti bidikmisi.
            Saat berpas-pasan dengan guru, mereka selalu bertanya. “Kamu diterima dimana ?” tanya Guruku. Temanku yang lolos SNM dengan santainya menjawab ITB, IPB, UNAIR dengan jurusan yang bagus-bagus. Sedangkan aku, “Saya di terima di UNS Solo, tapi itu vokasi. Jurusanya DKV.” “Tidak apa-apa dong, yang penting dijalani saja. Siapa tau nanti kamulah yang paling berhasil” jawab Guruku. Setiap guru mengatakan itu tidak apa-apa dan aku juga mendapat banyak nasihat dari mereka. Rasanya senang sekali, bisa mendapat sekolah saat semua teman masih harus tes SBMPTN.
29 Mei 2016,
            Hidupku rasanya sudah tenang kembali, walupun tak lolos SNMPTN, tak dapat Bidikmisi, melepaskan dunia ilmu alam. Tapi aku pastikan aku akan dapat bidikmisi suatu hari nanti, mendapatkan gelar sarjana setelah diploma, dan melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Amiiiinnn……. . Hari ini aku menata seluruh berkas-berkas yang aku butuhkan untuk kubawa ke solo.
            “Nak, Ibu bawakan marsmallow” kata Ibuku. “Darimana ?” tanyaku. “Tetangga, katanya ucapan selamat” jawab Ibuku. Aku hanya tersenyum. “Tidak apa-apa nak, bagi orang tuamu ini. Diterima di universitas negeri itu sudah cukup, apalagi universitas ternama di Solo itu. Diploma juga bisa jadi sarjana. Kamu jalanin aja dengan sungguh-sungguh. Sekarang tinggal menunggu beasiswa dari kabupatennya” nasihat Ibu.
Kumakan marsmallow yang lembut itu. Manis sekali…… . Siapa yang tau apa yang kulalui sebelum memakan marsmallow ini, aku sudah menelan banyak sekali kapahitan yang aku rasakan. Banyak sekali yang aku lalui untuk bisa bertahan di jalan ini. Sekarang aku harus belajar menerima dan menghapus semua kepahitan-kepahitan itu, jika tidak, aku akan kehilangan semangat untuk belajar lagi. (zii)

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hai, nama saya Iva Jaziilatur Rohmah. Seorang gadis yang terobsesi dengan dunia seni dan design. Seperti judul blog saya "Delight", saya harap pembaca dapat memperoleh banyak kesenangan dan sejenak melupakan masalah yang sedang dihadapi. Karena Allah tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan kita. Semoga bermanfaat dan enjoy this blog !

0 comments:

Post a Comment